ANCAMAN STEREOTIP : MENANTANG DAN MENOLAK
DENGAN MENGABAIKAN DUGAAN
JOSHUA ARONSON
Depatemen Psikologi, Universitas New York
Ketika teman-temanku dan aku masuk SMP di pertengahan 1970-an, kami segera menyadari sesuatu yang mana oleh guru kita tampaknya diabaikan: Anak-anak berkulit hitam dan putih diangkut dengan bus ke daerah kami yakni jauh lebih cerdas dari pada orang dewasa di sekolah yang sedang belajar. Hal itu tidak benar apabila guru kita berpandangan bahwa terdapat beberapa siswa yang bodoh-bodoh . Sebagai siswa, kami memiliki keuntungan dari melihat anak-anak dalam berbagai kelas dan situasinya. dan mereka
Selama dekade terakhir ini aku telah mencoba untuk mencari jawaban atas pertanyaan ini. Rekan-rekanku dan aku memulai dengan mempertimbangkan standar penjelasan terhadap minoritas prestasi rendah. Beberapa penjelasan telah banyak dibahas dan diperdebatkan dalam karya ilmiah dan di media yang telah dipopulerkan. Yang paling terkenal adalah pandangan bahwa beberapa kelompok secara alami berintelektual rendah. Ini adalah argumen yang dikemukakan dalam buku yang sangat kontroversial, The Bell Curve oleh Hernnstein dan Murray (1994), yang mengumpulkan informasi dalam jumlah besar tentang kinerja pengujian dan prestasi sekolah, kesting sebagai bukti yang nyata sebagai perbedaan genetik yang ditentukan dalam kecerdasan umum. Sebagian besar ilmuwan yang mempelajari kecerdasan menolak argumen ini dan berpandangan bahwa beberapa kombinasi dari faktor lingkungan (misalnya, kemiskinan, sekolah miskin)menghalangi siswa berkulit hitam dan Orang amerika latin dalam mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk mengikuti ujian di sekolah ( Jencks & Phillips, 1998). faktor struktural ini pastinya membuat perbedaan, tapi mereka bisa menjelaskan mengapa anak-anak seperti Ricky atau Darryl, sehingga tak diragukan lagi kemampuannya dan keterlibatan dalam situasi tertentu, tidakkah mampu dan “bermanfaat '' pada orang lain? Pendapat kami berkata bahwa tingkat penjelasannya terlalu singkat. Sesuatu yang tidak jelas.
Statistik nasional telah mendukung harapan tersebut. Sebagai contoh, setiap tahun para Dewan memaparkan statistik tentang berapa nilai siswa di seluruh negeri pada Nilai Ujian Sekolah (UAS). Dan setiap tahun pola yang sama: kulit hitam dan Latin memberikan nilai jauh lebih rendah daripada orang Asia dan orang berkulit putih, kecuali pada tingkat pendapatan. Yang pasti, kesenjangan yang besar antara kulit hitam dan mahasiswa Amerika latin serta nilai mereka yang lebih baik yang dihasilkan oleh anak- anak berkulit putih. Tingkat pendapatannya biasa saja baik. Tetapi sekalipun pada tingkat yang sama dalam pendapatan keluarga, ada kesenjangan yang besar. Jadi, dengan sendirinya, status sosial ekonomi tidak memerikan suatu masalah, meskipun dari faktor itu sendiri (Steele, 1997; Jencks & Phillips, 1998). Memang, peredaan tingkat kelompok dalam keiasaan atau persiapan tampaknya tidak cukup untuk menjelaskan rendahnya kinerja beberapa siswa . Sebagai contoh, ketika kita melihat bagaimana siswa tampil di perguruan tinggi sebagai usaha dari nilai mereka (yang berhubungan dengan kemampuan, persiapan, dan motivasi), kita menemukan perbedaan cukup besar antara nilai dari kulit hitam dan kulit putih. Tentunya, kulit hitam memberikan nilai UAS lebih jelek daripada kulit putih dengan skor yang sama, bahkan ketika mereka memberikan skor yang sangat tinggi, berkisar pada prosentase 98. Jadi, hal lain tampaknya akan menekan hasil ujian dan sekolah menggolongkan siswanya sesuai pada tingkat kualitas keiasaan, kemampuan, dan persiapan akan sesuatu diluar keterampilan, persiapan, atau hal lain yang sering berkaitan dengan prestasi.
Claude Steele, Steven Spencer, dan saya (misalnya, Steele, Spencer, & Aronson, dalam satu kelompok) telah mempelajari masalah ini dalam dekade terakhir, dan kami percaya bahwa “suatu hal yang lain'' ini adalah psikologis terbuka, kesulitan psikologis sosial berakar pada gambaranstereotip kelompok-kelompok tertentu sebagai intelektual rendah. Telah lama diketahui bahwa stereotip `` gambar di kepala''yang menyederhanakan pemikiran kita tentang kebiasaan orang lain tentang apa, seperti apa, dan bagaimana mereka berperilaku (Allport, 1954). Kita juga tahu harapan tersebut merupakan bagian dari seorang guru yang bisa melihat kinerja murid-muridnya. Proses (dijelaskan oleh Rosenthal diBab 2 dalam buku ini) hasilnya adalah: seorang guru mengembangkan rencanatentang kemampuan siswa berdasarkan beberapa informasi sebelumnya tentang siswa (skor tes) atau berdasarkan ras siswa, etnis, gender, atau kelas sosial. Kemudian guru secara tidak langsung bertindak sesuai rencana dan dengan demikian memperlakukan siswa dengan cara yang membuat harapan-harapan itu menjadi kenyataan.Jadi, mari kita anggap bahwa kulit hitam sebagai intelektual rendah, guru secara tidak sadar menganggap anak laki-laki hitam dalam kelasnya tidak memiliki banyak potensi. Selama interaksi guru dengan siswa saling sejalan secara timbal balik. Harapannya: mungkin dia kurang tangkas atau penuh keraguan, mungkin juga dia tidak percaya diri, jadi dia terlihat lebih rendah, menganggap pertanyaan yang mudah, menantang pertanyaan, atau mungkin dia tidak bertanya sama sekali, dan sebagainya. Mahasiswa pada umumnya, menganggap peredaan ini adalah sebagai pembelajaran bagi orang yang kurang berprestasi. Proses semacam itu tidak diragukan lagi dalam pencapaian yang relatif rendah oleh siswa hitam (Ferguson,1998). Dengan demikian, stereotip telah dianggap merusak anak-anak dalam jumlah besar, karena stereotip dilihat dari cara mereka diperlakukan oleh orang lain.
ANCAMAN STEREOTIP
Tapi masalah ini hanya bagian dari persamaan. Apa yang rekan-rekanku dan aku berpendapat bahwa sebuah `` ramalan diri '' tentang seseorang bisa terjadi tanpa bantuan guru, sekalipun hal ini tidak ada perlakuan yang berbeda, stereotip bisa merusak pengalaman seseorang di sekolah atau di situasi sosial dengan hanya menunjukkan target dari stereotip yang mana label negatif bisa dipakai untuk diri sendiri atau suatu kelompok. mengingat gambaran yang dibuat oleh profesor, label yang dibayangkan bisa diterapkan kepada saya, karena saya adalah seorang profesor dan karena, sepertilayaknya orang lain, aku juga pernah lupa.Kebiasaanku dengan hal ini bisa membuat aku berpikir apakah ini menggambarkan tentang aku dan mungkin membuat aku ketakutan bahwa perilakuku akan dilihat dengan hal semacam ini bukan dalam pikiran stereotip. Ketika stereotip ada kaitannya dengan situasi tertentu, ketika aku mencoba mencari catatan kuliahku atau mencoba mengingat ketika aku punya janji setelah makan siang,pertanyaannya mungkin terlintas dalam pikiranku: Apakah aku berperilaku seperti profesor? Jika aku ditemani oleh mahasiswaku, mungkin aku menjadi kebingungan, bertanya-tanya takutnya mereka memandang aku adalah seorang profesor,dan aku mungkin mulai ketakutan tentang apa yang mereka pikirkan. Dan akibanya, mungkin aku menjadi kurang efektif dalam membaca catatanku atau mengingat jadwalku. Kesulitan ini,mengingatkanku tentang stereotip, baik di mata kepalaku sendiri ataupun di mata orang lain, adalah sesuatu yang kita sebut dengan`` ancaman stereotip''(Aronson, Quinn, & Spencer, 1998; Steele, 1997; Steele & Aronson, 1995). Maksudnya adalah kesulitan yang bisa menimpa siapa saja, mengingat bahwa kita semua berada di suatu kelompok atau sesuatu yang memiliki semacam reputasi, dan mengingat bahwa semua dari kita bisa mengembangkan reputasi individual kita sendiri. Ketika stereotip atau reputasi individu dianggap sebuah masalah negatif yang penting, seperti rendahnya kecerdasan stereotip dianggap sebagai keinginanorang kulit hitam dan Orang amerika latin. Sebuah harapan yang mana kedatangannyabisa terlihat sangat mengerikan, dan ancaman stereotip bisa berikibat fatal.
Perhatikan, misalnya, seorang mahasiswa Afrika-Amerika atau Orang amerika latin mencoba menyelesaikan pertanyaan yang sulit dalam ujian, atau meminta mahasiswa di kelas untuk menjawab pertanyaan yang kompleks. Berlaku untuk siapa saja, kinerja yang rendah dalam situasi seperti ini bisa membawa kekecewaan dan malu. Tapi stereotip menganggap Afrika-Amerika atau Orang Amerika Latin memiliki intelektual rendah yang menimbulkan risiko dari hal yang dianggap sangat negatif. Diskriminasi pada orang yang sangat rendah dan tidak termasuk dalam arena akademis. Negatif stereotip menganggap rendahnya intelijen di antara kulit hitam dan Orang amerika latin sangat bermasalah, baik karena intelijen dipandang universal dan karena stereotip begitu dikenal secara luas. Oleh usia sekitar 5 tahun,atau hampir semua orang dalam budaya kita menyadari isi dari berbagai stereotip etnik dan rasial. Apakah orang setuju dengan stereotip, hanyalah kesadaran dari pendapat mereka yang sudah cukup untuk pandangan penduduk dan pengobatan individu dari kelompok stereotip (Devine,1989). Sekalipun, suatu pendapat memberikan pandangan yang manastereotip secara diyakini luas. Sekitar setengah dari orang Amerika putih mendukung stereotip umum tentang kulit hitam dan Orang amerika latin, yang antara lain, menggambarkan mereka tidak cerdas (Smith, 1990). Dan kenyataan ini tidak hilang pada orang kulit hitam dan Orang Amerika Latin; penelitian menunjukkan bahwa mereka sangat menyadari bagaimana dipandangoleh sebuah aliran. Memang, dari beberapa penelitian menunjukkan kecenderungan untuk menjadikan sadar akan prasangka buruk dari seseorang dalam harapan masyarakat terhadap kelompok mereka. penaksiran sejauh yang mereka dilihat kurang cerdas, kemungkinan untuk melakukan kejahatan, ingin hidup yang nyaman, dan sebagainya (Sigelman & tuch, 1997) Mengingatsuasana tentang kesadaran stereotip, terdapat alasan yang luas bagisiswa berkulit hitam dan siswa penduduk Amerika Latin dalam merasakan beban, merasa beresiko stereotip melalui perilaku mereka, dan bertanya-tanya apakah mereka berada dalam lingkungan di mana kemampuan akademiknya dihargai. Perasaan itu, memberikan pandangan pada penelitian kami , bisa memainkan peran penting dalam merusak pencapaian siswa yang tergolong kelompok stereotip yang kurang cakap dalam akademik, siswa brkulit hitam dan siswa amerika Latin, dan perempuan dalam matematika dan ilmu hukum. Hal ini akan muncul menjadi berita buruk yang terdengar ke mana-mana atas social stereotip dan fakta bahwa mereka terkenal menentangperubahan. Tapi dalam penelitian ini,aku akan membahas hal ini, ancaman stereotip adalah sebagian situasi, hal ini disebabkan oleh fitur dari situasi yang bisa diubah,dan bisa diminimalkan dengan mengajar siswa dengan cara penyesuaian diri untuk mengatasinya.
BERSAING DENGAN ANCAMAN STEREOTIP
Ancaman stereotip muncul dalam situasi di mana stereotip negatif berkaitan dengan evaluasi kemampuan. Contoh klasik adalah mahasiswa erkulit hitam melakukan ujian kecerdasan. Jika, dalam kasus tersebut, kinerjanya tertekan oleh beban kognitif dan emosional yang penuh dengan kekawatiranbahwa kinerja rendah akan mengakiatkan stereotip, kemudian bagaimanapun cara menghilangkan beban yang harus meningkatkan kinerja. Ini adalah hipotesis awal dalam penelitian kami, dan kami telah diuji dengan beberapa penelitian yangsangat sederhana (Steele & Aronson,1995). Dalam permulaan percobaan kami, kami melakukannya di perguruan tinggi Afrika-Amerika dan mahasiswa putih memakai ukuan tes yang sangat sulit (percakapan dari rekaman ujian kelulusan). Dalam pengawasan situasi percobaan, kita disajikan tes yang mana tes ini dijelaskan ukuran kemampuan intelektual dan persiapannya. Dalam kondisi penelitian, kami berusaha untuk mengurangi ancaman stereotip dengan menghilangkan huungan stereotip. Jadi, untuk melakukannya , kita hanya mengatakan kepada objek penelitiankami bahwa kami tidak ingin dalam mengukur kemampuan mereka dengan tes tersebut, kami hanya ingin menggunakan tes untuk memeriksa psikologi pemecahan masalah lisan. Ini adalah satu-satunya perbedaan antara kedua kondisi percobaan: tesnya sama, para siswa yang bakatnya sama, mereka diberi jumlah waktu yang sama, dan sebagainya. Tapi sedikit ada perbedaan dalam cara kita, tes yang disajikan membuat perbedaan besar untuk Afrika-Amerika. Ketika tes itu dipresentasikan dengan cara yang tidak menilai, mereka memecahkan sekitar dua kali lebih banyak masalah pada tes yang persis sama ketika disajikan dengan cara yang biasa ! Selain itu, tidak ada perbedaan antara kinerja dari orang berkulit hitam terhadap tidak adanya ancaman stereotip dan begitu juga dari orang berkulit putih. Untuk siswa putih, kebetulan, cara tes yang dilakukan tidak berpengaruh apapun pada kinerja mereka.
Apa yang menyebabkan peningkatan yang berhubungan dalam kinerja diantara siswa berkulit hitam?Analisis lebih lanjut dan studi tambahan menghasilkan sejumlah hal. Pertama,dengan mengurangi pengawasan penilaian dalam suatu situasi, kami mengurangi kegelisahan siswa kulit hitam seperti tes yang mengurangi kecemasan yang mana telah kita alami. dan yang mana memunculkan semangat pada siswa berkulit hitam dan Orang amerika latin di dalam situasi pengujian tradisional di mana kecerdasan mereka sedang dinilai. Satu hal yang juga sangat jelas dari penelitian kami: ancaman stereotip tidak mengganggu kinerja atas dorongan siswa untuk menyerah atau berusaha lebih keras. Pada setiap ukuran usaha yang tersedia bagi kita, kami telah menemukan hal yang sama: Jika ada ancaman stereotip yang membuat orang berusaha lebih berusaha keras dalam ujian. Kami menganggap ini meningkatkan kembali upaya dan semangat semacam `` Aku akan menunjukkannya'', jawaban yang diberikan bertujuan untuk membatalkan stereotip. Seperti kekagetan bisa menjadi keuntungan dalam situasi dimana perilaku kasar atau aliran adrenalin yang diinginkan, dan memang, stereotip ancaman benar-benar bisa meningkatkan kinerja pada tugas-tugas yang mudah atau baik dipelajari di mana lebih mudah didapatkan(O'Brien & Crkamull,). Tapi dalam ukuran yang sulit, seperti operasi otak, lemparan bebas menembak, atau catur, semacam konsentrasi sangat penting, dan apa saja yang sama dengantekanan kinerja mungkin akan menjadi kurang sempurna. Data dari studi kami memberikan kekuatan dimana hal ini motivasi kembali keinginan untuk menyangkal stereotip negatif atau,setidaknya, untuk membentuk karakter diri . Dalam satu penelitian (Steele &Aronson, 1995) dengan ukuran yang sama dengan tersebut di atas, hanya setelah mengetes dengan baik seperti kemampuan ternilai atau tidak ternilai, kami memberikan angket pada siswa untuk diselesaikannya . Bagian dari angket yang ditanya tentang jenis kegiatan dalam jenis olahraga yang mereka nikmati dalam bermain, jenis musik yang mereka sukai, dan sebagainya. Beberapa preferensi ini adalah sudah jelas stereotip dari Afrika-Amerika (misalnya, menyukai musik, bermain basket, kemalasan, dan sebagainya ). Ada perbedaan yang sangat bagus mereka nikmati dalam cara yang mana siswa kulit hitam menggunakan langkah-langkah ini tergantung pada apakah atau tidakkah mereka tahu tes berikutnya adalah ukuran dari kecerdasan. Ancaman stereotip memimpin mereka untuk menjauhkan diri mereka dari karakter bawaan diri mereka sendiri. Artinya, ketika mereka mengira pemeriksaan yang akan diuji akan digunakan untuk mengukur kecerdasan mereka, mereka melaporkan bahwa mereka menyukai basket, menikmati musik, kemalasan, dan sebagainya, biasanya kurang dari rekan-rekan mereka yang berpikir pemeriksaan tidak akan mengukur kemampuan mereka. Merasa beresiko atas adanya stereotip, mereka melakukan apa yang tidak bisa mereka gambarkan tentang diri mereka dalam cara stereotip yang konsisten.
Dengan demikian, orang dalam stereotip mengancam situasi tampaknya berpikir tentang stereotip dan pelaksanaannya. Selain dari pikiran mereka yang beranggapan untuk menanggung ujian mereka, mereka juga bersaing dengan stereotip dan beban tambahan dari ketetapan itu. Pengawasan penilaian, studi kami menjelaskan, mengaktifkan pikiran tentang ras di benak siswa berkulit hitam. Ancaman stereotip demikian tampaknya melibatkan arti-penting ras. Hal itu tampaknya juga benar, kami telah menemukan bahwa hanya membuat ras menonjol dalam beberapa cara untuk merusak kinerja, bahkan dalam situasi tidak ternilai. Sebagai contoh, di salah satu percobaan kami (Steele & Aronson, 1995) kita direplikasi kondisi tes ancaman-stereotip yang dijelaskan sebelumnya. Artinya, semua dari siswa berkulit hitam dan putih yakin bahwa kecerdasan mereka tidak akan dinilai. Hampir setengah dari para siswa, kami menambahkan satu penjelasan yang dirancang untuk menyuntikkan pikiran tentang ras ke dalam situasi: kita hanya memesukkan pertanyaan pada sampul buku kecil tes yang meminta mereka untuk menunjukkan ras mereka. Seperti pada studi seelumnya , ketika tes dierikan sebagai latihan tidak ternilai, siswa kulit hitam berkemampuan sama seperti siswa kulit putih. Tapi dalam kondisi ras yang menonjol, di mana siswa diminta untuk menunjukkan ras, kecemasan mahasiswa hitam naik dan uji kemampuan mereka anjlok. Mereka menyelesaikan sekitar separuh dari pertanyaasebanyak rekan-rekan mereka yang tidak diminta untuk menunjukkan ras mereka. Itulah kekuatan dari stereotip; hanya menyebutkan ras bisa mengubah sesuatu sebaliknya tidak menilai situasi ke dalam pertahanan yang tidak menyenangkan dari suatu kemampuan dan manfaatnya.
Penelitianku baru saja dijelaskandalam satu atau beberapa cara lain, tidak hanya oleh rekan-rekanku dan mahasiswaku, tapi juga oleh peneliti yang bekerja di seluruh negeri. Dengan demikian kami yakin tidak hanya pada efek nyata, tetapi juga pada mereka yang tidak tergantung pada populasi mahasiswa tertentu atau terbatas pada satu peraturan tertentu dari prosedur atau pengaturan. Beberapa dari pekerjaan ini telah memperluas pemahaman kita tentang ancaman stereotip : kelompok yang secara terus menerus mengalami ancaman stereotip, maka dalam situasi yang bisa memperburuk atau mengurangi ancaman stereotip, dan beberapa perbedaan penting dalam diri individu terhadap seringnyaorang mendapat ancaman stereotip.cukup mendalami semua studi ini, saya justru akan fokus pada yang penjelasan beberapa isu yang lebih mendidik sesuatu yang sayamenghadapi, seperti mencoba untuk mengidentifikasi siswa untuk memunculkan ancaman stereotip, menciptakan kondisi yang bisa mengurangi ancaman stereotip, dan membantu siswa mengatasi efek yang lebih merusak.
Siapa Yang Bersaing Dengan Ancaman Stereotip?
Sebuah pertanyaan yang jelas adalah siapa yang kemungkinan akan terpengaruh dalam ancaman stereotip? Para peneliti telah menemukan bahwa hampir setiap kelompok bisa mengalami pergeseran tingkat dalam keadaan tertentu. Pengaruh utama dari gangguan tes kemampuan yang telahdijelaskan dalam penelitian terhadap mahasiswa Orang amerika latin dalam tes lisan atas kemampuan dan dengan wanita yang mengikuti tes matematika, di berbagai jenjang sekolah dari kelas sekolah (Ambady dkk, 2001;. Good & Aronson,) sampai perguruan tinggi (Aronson & Salinas, 1997;. Spencer dkk, 1999), di perguruan tinggi swasta elit seperti Stanford (Steele & Aronson, 1995) dan universitas negeri seperti Universitas Texas (Aronson, 1997, 1999). Ancaman stereotip bisa mempengaruhi siswa yang sangat cerdas dalam kemampuan mereka dan mereka yang kurang cerdas; siswa sangat mampu dan ada kemauan dan tidak begitu mampu tapi ada kemauan. Hal ini tentu saja seperti mengalami ancaman stereotip, stereotip tidak perlu berkaitan dengan ras, etnis, atau gender. Misalnya, Jean Claude Croizet telah menemukan Mahasiswa Perancis yang berstatus sosial ekonomi rendah memerikan hasil lebih buruk pada tes yang dipengaruhi olehstatus sosial mereka, sebagaimana di Perancis, di Amerika Serikat, stereotip erkaitan dengan prestasi akademik yang rendah (Croizet &Claire, 1998). Demikian pula, orang tua bisa terganggu oleh stereotip yang mana kemampuan mental mereka menurun. Ketika orang tua peserta dalam satu eksperimen yang secara tidak langsung dikaitkan denganstereotip mengenai lama usia dan pikun, mereka tampil buruk pada tes memori jangka pendek dari ketika mereka dikaitkan dengan stereotip orang tua yang-bijaksana yang lebih positif (Levy, 1996). Memang benar, bahwa dalam keadaan tertentu, seseorang tidak perlu menjadi anggota beberapa kelompok yang tidak mampu untuk merasakan tekanan terkait dengan ancaman stereotip. Dalam sebuah percobaan sederhana aku melakukannya dengan rekanku (Aronson, Lustina, Bagus, Keough, Steele, &Brown, 1999), kami meminta lelaki erkulit putih yang mememilki kemampuan, (di Universitas Stanford dan di Universitas Texas) untuk mengambil tes matematika . Dua kelompok diberitahu bahwa tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan matematika mereka. Untuk satu kelompok kami menambahkan ancaman stereotip: kami mengatakan kepada mereka bahwa salah satu alasan kami untuk melakukan penelitian ini adalah untuk memahami mengapa orang Asia tarlihat lebih baik pada tes ini. Dalam kondisi ini, para peserta tes tersandung pada tes. Ditekankan oleh stereotipe keunggulan matematika Asia, mereka memecahkan lebih sedikit masalah pada tes dan merasa kurang memahami tentang kemampuan mereka. Para iswa yang sangat mampu :kebanyakan dari mereka adalah jurusan matematika dan kebanyakan dari mereka dari mereka telah memberikan nilai hampir sempurna pada bagian matematika dari nilai UAS. Hal ini pantas dikatakan bahwa mereka tidak sedikit dan, dengan demikian, tidak dikondisikan oleh stereotip untuk meragukan kemampuan intelektual dari kelompok mereka. Jadi, jika mereka bisa mengalami ancaman stereotip, siapa saja yang bisa mampu melebihi yang ditargetkan oleh stereotip bisa mengikutinya. Hl terseut dikaitkan dengan situasi yang digabungkan pada perbandingan secara langsung dengan kelompok yang seharusnya unggul tidak biasa bagi orang kulit hitam dan orang Amerika Latin, mereka memiliki kebiasaan setiap hari dengan perbandingan semacam ini yang terdapatdi sebagian besar pengaturan akademik yang terintegrasi.Itu seperti dianggap cerdas dan berprestasi seperti siswa yang ernilai tinggidalam ujian kemampuanmatematika. ketika menghadapi stereotip harus membuat kita berpikir dua kali untuk santai dengan asumsi bahwa kinerja rendah kulit hitam dan Latin kembali kurangnya kemampuan. Sebaliknya, kita perlu menghargai kekuatan yang mereka hadapi.
Yang penting, ancaman stereotip bisa muncul tanpa ada usaha khusus untuk meningkatkan masalah stereotip, baik secara menyindir seperti dalam penelitian dengan Asia stereotip, atau secara menyamakan seperti studi dengan orang tua atau penelitian bersama dengan siswa miskin di Perancis. Dalam sebuah penelitian dengan hubungan khusus dengan pendidik, Michael Inzlicht dan Talia Ben-Zeev (2000) menunjukkan bagaimana cara siswa dalamdalam mengelompokkan beerapa masalah. Dalam percobaan mereka, mereka memiliki perempuan yang sangat kompeten di bawah kelulusan matematika murni dalam kelompok kecil. Tergantung pada kondisi percobaan, para peneliti menambahkan satu atau lebih laki-laki untuk sesi pengujian. Pengaruhnya saling berhubungan. Hanya kehadiran seorang laki-laki yang dites sudah cukup untuk menurunkan kinerja tes dalam kelompok perempuan. Selain itu, laki-laki dimasukkan ke dalam sesi pengujian yang menghasilkan peningkatan ancaman stereotip dan penurunan terkait dalam kinerja perempuan, efek yang sempurna yeng menyatukan kedalam kinerja. Dalam sepengetahuanku, tidak ada penelitian serupa yang telah dilakukan dengan rasa kesatuan etnis secara sistematis yang bervariasi dengan cara ini, tetapi tidak secara teori untuk diragukan bahwa pengaruh ini tidak akan terjadi pada orang berkulit hitam atau Orang amerika latin di perusahaan. manfaat dari hal ini yakni untuk ras dan gender dikelompokkan dalamruang kelas akan menjadi jelas. Jika kelas disatukan, tanpa ada perhatian untuk menjaga lingkungan intelektual yang menakutkan yang mungkin bisa terjadi, banyak siswa akan beracuan pada tingkat bawah potensi mereka. Penelitian ini menimbulkan pertanyaan kritis tidak hanya dalam pengujian, tetapi lebih umum tentang bagaimana proses belajar kelas yang mungkin terhambat oleh lingkungan di mana ancaman stereotip dimunculkan oleh percampuran siswa yang berbeda dalam kemampuan.
Kelemahan Stereotip: Faktor Yang Mengakibatkan
Individu Kurang Mampu
Stereotip berbasis harapan tidak menakutkan bagi semua individu. Pentingnya perbedaan individu membuat beberapa orang lebih lemah daripada orang lain dalam jenis kemampuan yang kurang seperti yang telah saya bicarakan sebelumnya. Aku mengacu pada banyaknya faktor-faktor risiko sebagai `` kerentanan stereotip'' Faktor-faktor yang aku jelaskan hanya terlihat singkat, dan terlihat memberikan kontribusi ke tingkat individu dalam kerentanan stereotip.
Bidang Identifikasi
Salah satu ejekan buruk ditemukan dalam penelitian kami bahwa ancaman stereotip adalah ancaman yang paling dirasakan oleh individu yang peduli dalam masalah kebagusan dalam bertindak. Dalam beberapa penelitian, kami telah mengukur sejauh mana kepedulian orang dalam bidang tertentu: berapa banyak mereka menyelesaikannya dengan baik dalam matematika, ilmu pengetahuan, atau bidang tertentu dari prestasi akademik, dan berapa banyak melakukan hal burukdalam bidang yang mengancam harga diri mereka. Apa yang kita dapatkan adalah kinerja yang lemah dalam ancaman stereotip akan lebih parah bagi mereka yang benar-benar ingin bekerja baik (Aronson dkk, 1999;. Aronson & Good, 2001). Hal ini cukup logis, tentu saja. Kami tidak akan berharap untuk menjadi kritis terkesima oleh stereotip tentang dugaanterhadap kurangnya kemampuan jika kemampuannya sepele. Ironisnya adalah: sejauh yang kita lihat menunjukkan hasil tinggi dalam ujian yang digunakan untuk mengevaluasi kemajuan siswa kami atau kesesuaian dalam penerimaan ke perguruan tinggi, ini sungguh sial yang mana kita secara langsung, menghukum beberapa siswa yang sangar peduli terhadap pencapaian prestasi.
Kelompok Identifikasi
Tampaknya juga menjadi masalahbahwa orang yang merasa kurang mampu dalam kepdulian terhadap kelompok etnis atau jenis kelamin juga lebih berisiko untuk mengalamiancaman stereotip. Beberapa individu yang kurang daripada yang lain dikelompokkandalam jenis kelamin atau identitasras, dan mengawali penelitian dalam tempat penelitian, meskipun belum pasti, berpandangan bahwa kurangnya sumangan dalam suatu kelompok, semakin sedikit satu akan terganggu oleh stereotip kemampuan dalamkelompok (Schmader,Johns, Keiffer, Healy, & Fairchild-Olivierre, 2001). Jadi penggunaan aturan dalam penelitian, Rosenkrantz (1994) menjelaskanbahwa semua hal lain dianggap sama (misalnya kebiasaan danpersiapan),Orang Amerika Latin yang menganut`` Dwi budaya,'' yaitu, yang didasarkan pada budaya adat seperti dalam budaya asal mereka, yaitu stereotip kurang rentan daripada Orang Amerika Latin yang lebih sulit dalam pengenalan budaya.Terutama, dalam beberapa situasi dwi budaya kurang kuat dalam menerima pengaruh negatif dalam tugas akadenik penguji erkulit putih dan, dalam momen penelitian, cenderung berperforma buruk pada ukuran tes dalam ancaman stereotip. Ternyata, dalam beberapa masalah, ada yang bisa menjadi sial dan kurang adanya kekompakan dalam berkelompok; identifikasi mendalam dalam satu kelompok itu sendiri bisa membuat situasi penyatuan terpadu yang sulit di mana streotipnya berhubungan.
Kurangnya Kesadaran
Salah satu alasan bahwa suatu kebanggaan kelompok yang mungkin sama dalam hal rasa tidak nyaman dilingkungan penyatuan intelektual adalah bahwa sering datang bersamaandengan tingginya harapan untuk mendiskriminasi. Studi `` golongan masyarakat'' Orang Afrika Amerika yang telah mengalami diskriminasi dalam kehidupan mereka sering mencoba untuk menjaga dan melindungi anak-anak mereka dari diskriminasi tersebut dengan mengajar mereka untuk mengharapkan tidak didiskriminasidan dan memberikan mereka kebanggaan dalam kelompok mereka (Hughes & Chen, 1999). Jadi bersama dengan rasa bangga dalam kelompok, beberapa anak juga mengembangkan rasa percaya, seperti Elizabeth Pinel (1999) menyebutkan `` lemehnya kesadaran'' Pinel dan rekan-rekannya. Memeberikan sesuatu yang manasiswa menghasilkan nilai lebih buruk dalam ujian selain dari kurangnya kesadaran, semakin mereka sering mengalami diskriminasi maka, semakin mereka mengharapkan untuk mengalami di masa depan (Brown, Pinel, Rentfrow, & Lee, 2001).
Penerimaan Stereotip
Seseorang tidak perlu kawatir dengan stereotip yang merasa terancam dengan pernyataan yang tidak nyaman. Selain itu, kalaupun seseorang menolak alasan dari stereotip, seseorang itu harus bersaing dengan persepsi orang lain. Seseorang masih merasakan gelisah atau terasing dalam pengaturan akademik jika dia merasa direndahkan atau kawatir terhadap keadaanorang lain, dan perasaanitui, telah kami tunjukkan, yang mana cukup menggali kemampuan(Aronson dkk, 1999;. Good & Aronson, 2001). Tapi terlihat masuk akal untuk dibenarkan bahwa beberapa orang mungkin menduga bahwa stereotip memiliki beberapa kebenaran, “ setitik keenaran,'' dan orang tersebut mungkin akan lebih terancam oleh stereotip. Menariknya, pencarian penelitian ulang menunjukkan bahwa ini seharusnya tidak menjadi masalah besar, karena sebagian orang berkulit hitam dan Siswa Orang amerika latin menolak stereotip negatif sebagai hal yang tidak benar. Namun seuah angket bisa menyesatkan, mereka sering gagal untuk mendeteksi sikap yang mendasari masyarakat. Tapi metode lain bisa, dan mereka menceritakan kisah yang sangat berbeda. Jadi, kelebihan penelitian oleh seorang psikologNiobe Way (1998), wawancara secara dekat dengan beberapa remaja mengungkapkan sejauh mana mereka bersaingdengan stereotip, mereka ingin menolak, tetapi tidak mampu melakukannya dengan kepercayaan. Sebagian besar para remaja yang diwawancarai mengakui, dengan malu, bahwa mereka hidup sesuai dengan stereotip yang menggambarkan mereka sebagai kemalasan dan tidak adanya kemampuan. Mereka tidak seperti stereotip, tetapi mereka tidak bisa menyangkal bahwa mereka hidup bersama stereotip. Karena mudah untuk menolak proposisi pada penelitian, seuah angket gagal untuk menangkap pertentangan ini, dan dengan demikian mereka melukiskan gambaran menyimpang dari apa beberapa siswa bisa berpikir tentang stereotip yang diterapkan dalam kelompok mereka.Tetapi menggunakan langkah-langkah yang lebih halus alam penerimaan pemikiran masyarakat terhadap stereotip, penelitian terbaru menunjukkan bahwa semakin banyak orang menerima stereotip sebagai benar, semakin rentan mereka terhadap ancaman stereotip (Spicer & Monteith,2001; Schmader dkk, 2001).
Keyakinan Akan Kecerdasan
Sebuah perbedaan individu yang penting dalam pencapaian terkait perilaku adalah cara orang berpikir tentang kecerdasan. Orang berbeda dalam bagaimana cara mereka berfikir: beberapa pemikiran itu bisa diperluas dengan kerja keras dan tantangan mental, sedangkan pemikiran lain adalah kamu berfikir cukup pintar atau tidak pintar, dan kecerdasan Kamu tidak bisa benar-benar berkembang. Dweck (1999, Bab 3 dalam buku ini) membahas berbagai keuntungan yang diberikan pada siswa yang percaya pada kecerdasannya. Seperti siswa cenderung memaksimalkan potensi akademis mereka . mereka menjawa lebih baik terhadap tantangan dan kesulitan karena mereka kurang terancam oleh mereka. Dalam penelitiankusendiri, aku telah menemukan bahwa siswa kulit hitam tampil lebih baik di bawah ancaman stereotip sejauh mereka memandang kecerdasan sebagai sesuatu yang bisa berkembang. Ini masuk akal. Jika seseorang percaya bahwa kecerdasan stereotip menganggap kemampuan rendah adalah kutukan terhadap kemampuan seseorang dan keinginan di masa depan untuk sukses. Dengan demikian risiko kinerja rendah sangat dirasakan. Jika, di sisi lain, seseorang percaya bahwa kecerdasan adalah mudah dibentuk, yang mana stereotip harus memiliki dampak yang lebih rendah. Seperti yang aku akan membahas setelah ini, cukup menjanjikan untuk membantu siswa mengatasi ancaman stereotip. Sebagai perbedaan individu lain, tidak ada penelitian dalampengetahuanku memiliki pemahaman alam faktor-faktor risiko yang bisa membantu kita memulihkan stereotipe ancaman, tetapi mereka pasti bisa membantu kami mengidentifikasi siswa yang mungkin sangat lemah.
MENOLAK DENGAN ANCAMAN STEREOTIP
Tes kemampuan hanyalah salah satu manifestasi dari ancaman stereotip. Ada sejumlah cara yang mana hal ini bisa menghambat siswa; bebrapa hal lebih mengganggu terhadap hasil tes yang berkemampuanrendah. Beberapa hal yang paling mengganggu manifestasiyang dianggap sebagai upaya untuk mengatasi ancaman yang tidak menyenangkan untuk sikap ancaman stereotip itu sendiri. Orang memerlukan cara untuk melindungi diri dari ancaman lingkungan intelektual, seperti stereotip lingkungan sekolah yang paling terpadu. Psikologi sosial penuh dengan contoh bagaimana orang beradaptasi dengan ancaman psikologis dalam harga diri (Steele, 1988; Tesser, 1988). Psikolog sosial Daniel Gilbert, dalam catatanberbagai cara bahwa orang tidak sadar mengatasi ancaman terhadap diri, berbicara tentang`` Sistem kekebalan psikologis'' kita semua memilikinya (Gilbert dkk, 1998.). Dalam banyaknya cara yang sama bahwa fisiologis bangsa kami dalam sistem kekebalan tubuh dari ancaman kuman, yaitu, tanpa kesadaran dalam mengerjakannya, sistem psikologis ini merasionalisasi, meminimalkan, dan sebaliknya akan mencoba untuk menetralisir ancaman terhadap diri sendiri. Penelitian telah meneliti sejumlah kesadaranseperti pertahanan yang timbul sebagai cara untuk mengatasi ancaman stereotip juga. Dan kadang-kadang seperti terjadi secara fisiologis (dengan alergi), sistem psikologis kekebalan tubuh kita bisa menghianati kita, memberikan pertahanan yang berbahaya baikdalam jangka pendek atau dalam jangka panjang.
Pertahanan Pengalahan Diri
Rintangan diri
Sebagai contoh, sebuah pertahanan umum bagi orang yang merasa memiliki resikoatas kemampuan rendah yang mana psikolog menyebutnya sebagai `` Rintangan diri '' (Rhodewalt & Traga-kis, Bab 6 buku ini). Dalam upaya untuk meminimalkan adanya kinerja rendah, seseorang bisa mengakubahwa beberapa faktor dari luar apat menghambat suatu kemampuan (`` matahari berada depan mataku''; `` Aku tidak bisa tidur tadi malam ; `` tes bisa melawan beberapa siswa''). Atau, sebagai alternatif, mereka mungkin menciptakan hambatan kinerja secara langsungyang memungkinkan mereka atau orang lain untuk mendapat kemampuan rendah atas beberapa penyebab dari luar. Mereka kemungkinan, tidak berusaha keras, mabuk-mabukan malam sebelum ujian, atau membuat beberapa hal lainnya yang menghancurkan kemampuanmereka sendiri. Sementara harga diri mungkin melindunginya dengan cara ini, pembelajaran, kinerja, dan kenikmatan akademisi bisa ermasalah. Dengan demikian, perlindungan harga diri bisa menjadi sebuah kewajiban untuk belajar dan pertumbuhan.
Moises Salinas dan saya (Aronson & Salinas, 1997) telah mendokumentasikan keterampilandalam serangkaian pembelajaran meneliti konsekuensi dari alasan yang sangat umum antara beberapa orang: tuntutan ujian prasangka. Pertama kita mencatat bahwa dalam beberapa pemelajaran ancaman stereotip, ketika siswa dituntun untuk percaya bahwa tes yang akan digunakan untuk mendiagnosis kemampuan mereka, mereka mengakuibahwa tingkat tes jauh lebih aik daripada jika mereka dituntun untuk percaya bahwa pengujian yang sama adalah tidak ternilai. Seperti prajurit pergi ke medan perang, mereka mengangkat senjata untuk melindungi diri sendiri dari ancaman seperti perisai. Dalam penelitian kami sendiri, kami ingin melihat bagaimana rasa keinginan mereka bahwa tes ini akan mempengaruhi kinerja mereka. Kami menguji ini dengan memakai Orang amerika latin siswa yang menggunakan ukuran tesyangcukup lama, yang telah kami bagi menjadi dua bagian. Selama waktu istirahat '' antara dua bagian”, sebagian dari peserta tes ditanya apakah mereka pikir ukuran tes yang diharapkan. Mereka yang menanyakan hal ini pertanyaan diselesaikan lebih sedikit pada pertanyaan salah satunya antara kedua tes daripada mereka yang tidak diminta. Itu juga bermasalah bahwa orang yang diminta tentang harapan kurang kesal tentang kinerja mereka secara keseluruhan daripada mereka yang tidak. Dengan demikian, perlindungan yang efektif melindungi harga diri mereka, tetapi di bawah kinerja mereka. Kekuatan mengganggu kecurigaan yangberada di bawah sebuah penelitian yang dilakukan oleh Steven Spencer dan rekan-rekannya (1999),yang menunjukkan bagaimana mencegah siswa dari membuat atribusi sebuah prasangka bisa mengurangi kecemasan dan meningkatkan kemampuan. Dalam penelitian ini, kinerja perempuan pada tes matematika meningkat secara dramatis ketika mereka yakin bahwa tes tidak menunjukkan perbedaan gender.
Kecurigaan meluas melewati ujian. Ada kecenderungan yang jelas antara oarang Afrika, Amerika dan amerika latin untuk menolak keras belum instruktif kembali dari penguji berkulit putih sebagai sarana untuk melindungi harga diri (Cohen,Steele, & Ross, 1999; Crocker & Mayor, 1989; Rosenkrantz, 1994), penolakan didasarkan pada anggapan harapan. Tapi mitos yang ada adalah bermata dua pedang, juga, sebagai motivasi dan belajar dari umpan balik diperdagangkan untuk melindungi harga diri. Cohen dan Steele (Bab 15 dalam buku ini) membahas cara-cara agar para guru bisa memberikan dampak balik yang berhubungan dengan cara yang memaksimalkan kepercayaan dan, dengan demikian, ini meminimalkanketerampilan .
Menghindari Tantangan
Sebuah penelitian baru yang aku dilakukan dengan Catherine Good(Good & Aronson, 2001)menggambarkan hasil lain, mungkin lebih merusak pelindung diri atas kecenderungan di kalangan target stereotip. Kami punya anak perempuan kelas enam dan laki-laki (baik Latin dan putih)mengikuti tes di bawah penilaian (ancaman stereotip) atau tidak ternilai (bukan ancaman stereotip) kondisi. Sebelum mengikuti ujian, kita mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan mengikuti dua tes dari matematika dan membaca, tetapi pada tes kedua, mereka akan dimintauntuk memilih Kesulitan dalam masalah. Kemudian kami menawarkan mereka suatu pilihan pemecahan masalah yang mudah, tepat pada tingkat mereka, atau sangat menantang. Hasil penelitian menunjukkan efek yang jelas dari ancaman stereotip memanipulasi: para perempuan yang memilih masalah yang mudah dalam matematika (dimana hal ini stereotip yang mengurangi kebiasaan), sedangkan Latin dipilih masalah lebih mudah dalam membaca(Di mana hal ini adalah stereotip yang kebiasaan). Implikasi dari ini sangatjelas. Salah satu cara untuk mengatasi ancaman stereotip adalah untuk mengatur suatu hal tertentu sehingga Kamu berada pada risiko ancaman stereotip. Jadi ketika ada pilihan antara tantangan dan tingginya kinerja, ancaman stereotip mengarah pada orang yang bermain baik dengan menghindari tantangan. Hal iniditantang dalam pendidikan psikologi bahwa tantangan diperlukan untuk pertumbuhan intelektual dan untuk mengembangkan jenis keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukannya dengan sebaik mungkin. Dengan demikian pengaturan yang sangat ternilai sebenarnya bisa menghambat belajar, bukan hanya kinerja,target stereotip. Setiap tahun Prosentaseukuran ulangan yang ditawarkan dalam menggalibeberapa orang yang lemahdan berpenghasilan rendah. Jay Rosner, yang menjalankan program ini, melaporkan bahwa kenyataannya yang ada pada Afrika-Amerika bisa meningkatkan nilai mereka oleh ratusan nilaidengan mengambil kursus ini, mereka jarang menyediakan sendiri suatu kesempatan, bahkan ketika harga pelatihan dikurangi atau dihapuskan. Penjelasan Rosner, berdasarkan lamanya bekerja dengan beberapa siswa, walaupun keinginan untuk mekukannya terlihat sedang terancam
Penindasan Diri
Streeotip yang menggunakan pengharapan akan kemampuan, juga memberi penjelasan tentang siapa yang dihargai oleh norma-norma pengaturan dan siapa yang tidak, siapa yang `` didalamnya '' dan siapa yang “ diluarnya” Dalam sebuah artikel memperkenalkan gagasan tentang ancaman stereotip.,Claude Steele (1992) menggambarkan aspek dari keadaan sebagai bagian kebiasaan dari penghalang yang membuat Afrika-Amerika dari sepenuhnya merangkul prestasi akademik: `` siswa Hitam cepat dalam pemahaman belajar, jika diharukans memenangkan semua, maka, akan terasa sulit menang'' Dilihat melalui sudut ini, perilaku diambil dari. teman sekelas SMPku 25 tahun yang lalu kurang mengejutkan. Dalam beberapa pengaturan yang mereka miliki, mereka tidak dianggap rendah diri sehingga mereka bebas untuk menjadi diri mereka sendiri, dalam pengaturan lainnya, mereka takut untuk membuat langkah yang salah. Seorang perempuan berkulit Hitam yang diwawancarai mengatakan kepada aku tentang pengalamannya di perguruan tinggi: `` Ketika aku berbicara di kelas, aku merasa seolah-olah aku benar-benar di atas panggung, seperti pemikiran setiap orang, “oh apa yang akan dikatakan oleh gadis berkulit hitam? " Aku cukup pendiam di kelas, jadi aku rasa itu bukan masalah besar'' Dampak dari rasa tidak adanya serangan dan upaya untuk mengatasi hal yang telah terdokumentasi bagi perempuan yang didominasi laki-laki jurusan matematika dan sains. Seymour dan Hewitt (1996), sebagai contoh, laporan perempuan jurusan matematika merasa kurang bebas untuk menjadi diri mereka saat berinteraksi dengan teman sebaya mereka pada umumnya. Mereka menunjukkan tren menarik dari `` penampilan berpakaian'' yang mana berpakaian yang kurang feminim dalam kelas matematika daripada di golongan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa dalam suatu situasi di mana orang merasa terancam oleh ancamanstereotip negatif, mereka mengatasi dengan baik dengan menekan diri mereka sendiri dan dengan menyesuaikan atau menyembunyikan diri, atau aspek tertentu dari diri mereka sendiri, untuk memuat citra aik mereka yang tampaknya dimilikinya(Pronin, Steele, & Ross, 2001). Meskipun orang bisa berdebat tentang bagaimana`` Mengalahkan diri sendiri'' pertahanan tersebut, tampak jelas bahwa salah satu siswa membayar untuk mengatasi lingkungan ancaman stereotip yang mengancam ekspresi bebas darimereka sendiri. Seperti yang aku bahas di bawah, diri pengawasanbisa membuat rajin dalam bidang yang sulit.
Disidentifikasi
Setelah kegagalan atau kesalahan dari beberapa kebanyakan orang memiliki kecenderungan untuk merasionalisasi dalam beberapa cara. Ketika seseorang mengaku tidak peduli tentang matematika setelah kegagalan pada tes matematika, kita lihat respon ini sebagai pengujian, dan semua orang mengelompokkannya ke dalam beberapa golongan(Aronson, Blanton, & Cooper, 1995). Ini adalah keiasaan yang alami.Tapi ketika suatu jawaban menjadi sangat kental di mana orang mengatur dirinya atau harapan dalamdirinya, membebaskan harga diri dari masalah yang mengancam, jawaban ini bisa memberikan dampak buruk pada prestasi. Kami menyebut kebiasaan ini disidentifikasi. Seelumnya aku telah mencatat bahwa ancaman stereotip adalah ncaman yang paling kuat di antara siswa yang dianggap paling baik dalam melakukan sesuatu, bagi yang sangatmengenali bidangintelektual. Disidentifikasimemecahkan masalah yang dihadapi siswa karena menghilangkan pekanyakegagalan. Meskipun gagal dan hal itu sendiri sudah cukup untuk membetulkandisidentifikasi, ancaman stereotip muncul untuk membuat respon jauh lebih umum di antara kulit hitam dan orang Amerika Latin karena stereotip menunjukkan kurangnya kemampuan, tetapi disisi lain, seperti yang dibahas atas rasa memiliki, terbatas dalam bidang tertentu(Osborne, 1997; Steele, 1997). Masalah dengan suatu disidentifikasi sama dengan beberapa modus lain tentang perlindungan harga diri. Suatu keterampilan jauh lebih baik dalam motivasi dan keterlibatannyadalam perlindungan dari ancaman diri. Mengomentari keutuhan dasar manusia untuk pesekatan psikis , kritikus Louis Menand baru-baru ini mengamati bahwa `` jika kita tidak belajar bagaimana untuk tidak peduli, kegagalan kita akan menghancurkan kita'' Disidentifikasi dengan bidang akademis tertentu adalah harapan sebagai anak-anak dewasa dan kepentingan mereka dan spesialisasi yang sempit. Kita semua harus memilih apa yang utama di dalam dan apa nama bidang kompetensi untuk membangun harga diri kita padasuatu disidentifikasi dengan bidang kelemahan alami dan adaptif. Tapi untuk orang kulit hitam danOrang Amerika Latin, yang melakukan-asuransi dan rasa memiliki secara luas terancam di arena akademis,suatu disidentifikasi dengan akademisi bisa manyesuaikan diri. Jadi, jika kita tidak bisa berhasil dalam mengurangi ancaman stereotip, mungkin apa yang perlu kita lakukan untuk para siswa tersebut adalah membantu mereka mempelajari cara-cara alternatif `` tidak peduli'' potret biografi kesuksesan Orang Amerika hitam sering membuat referensi ke wawasan kritis yang ditawarkan oleh orang tua atau penasehat, yang membantu mereka bertahan dalam menghadapi kesulitan: belajar tidak peduli terhadap apa yang orang lain katakan (Yordania, 2001). Mungkin kita bisa mengajarkan suatu jenis disidentifikasi ini bagi siswa kami, dan dengan demikian mencegah pembisnis grosir dari akademisi.
MENGURANGI ANCAMAN STEREOTIP:
APA YANG BISA GURU LAKUKAN
Pemberian tes yang bereda
Mengurangi dengan mudah
Dalam awal pembelajaran kita melakukan menawarkan tentang beberapa petunjuk praktis tentang bagaimana untuk mengurangi ancaman stereotipe ancaman. Ingatlah bahwa kita meningkatkan kinerja di antara siswa hitam dengan memberikan ujian, bukan sebagai ukuran kemampuan, melainkan sebagai tugas tidak terstruktur. Ini mungkin sulit untuk menarik dari dalam lingkungan sekolah, terutama dengan arah jalan terakhir ``Ukuran dan pertanggungjawaan'' yang sudah berubah menjadi sekolah dasar yang erstandar penilaian pusat. Hal ini tidak mungkin apaila salah satu bisa meyakinkan anak bahwa Kamu tidak peduli dengan nya atau penampilannya ketika begitu banyak dari kurikulum yang akan ditentukan oleh apa yang ada di seluruh negara bagian. Namun ada beberapa kemungkinan variasi dalam presentasi yang bisa mengurangi tanggung jawab pada anak. Pertimbangkan gagasan yang aik dari seorang guru, yang,setelah mendengar tentang penelitian ini, mencoba menyatudengan murid-muridnya: ia memperkenalkan tes sebagai ukuran seberapa baikkah kita (administrasi sekolah) melakukan tugas kita dalam mengajar. Menurut guru, para siswa lebih santai dan lebih baik. The Spencer dkk. penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa menyajikan tes yang tidak menunjukkan perbedaan gender atau ras bisa mencapai hasil yang sama. Apa yang harus guru lakukan untuk meningkatkannya yaitu segala sesuatu yang dapat memberikan upa dalam upaya untuk memotivasi para siswa.
Kurva Perlindungan belajar
Sebelumnya telah saya catat bahwa ancaman stereotip tampak sangat mengganggu individuyang percaya bahwa kecerdasan itu sulit. Dalam sejumlah penelitian, para peneliti telah meningkatkan kinerja dengan mengingatkan orang-orang dari kelenturan kemampuan manusia dan keterampilan.
Studi ini memberikan cara-cara praktis untuk mengurangi ancaman stereotip dikonteks pendidikan.Dalam sebuah penelitian, Joseph dan Schroeder (1997) berhasil mengurangi kurangnya kinerja wanita yang menggunakan tes matematika dengan memanipulasi kemampuan perempuan pada tugas yang tidak berhubungan. Perempuan ini diberi masalah dan umpan balik atas kinerja mereka yang menekankan bahwa mereka harus membuat kemajuan yang besar dalam peningkatan keterampilan sepanjang perjalanan tugas terseut. Kesadaran ini “kurva belajar” tampaknya telah dijelaskan pada peserta tentang dampak buruk dari ancaman stereotip. Wanita telah memerikan pengalaman sebelumnya alam menyelesaikan tes matematika kemudian dengan kinerja sebesar yang dari kelompok laki-laki, dan lebih baik daripada wanita yang menyelesaikan dalam aturan yang sama dalam segi masalah dan memecahkan kebenaran yang sama, tetapi siapa yang tidak memberikan kesan maka kemampuan mereka mulai membaik. Jadi dalam pelajaran ini menandakan bahwa peserta bisa meningkatkan kinerja mereka dalammengurangi ancaman stereotip.
Kemampuan lemah vs kemampuan kuat
Dalam sebuah penelitian yang sama dilakukan oleh mahasiswa Afrika-Amerika (Aronson,1999), aku mempresentasikan tes lisan yang sulit sebagai ujian kemampuan lemah atau kuat, penalaran yang satu akan mengalami kecemasan lebih jika tes kemampuan diukur dimana seseorang memiliki sedikit harapan untuk erkebang. Sebagai , Afrika-Amerika, serta kulit putih, menghasilkan hasil jauh lebih baik dan memberikan kecemasan kinerja yang lebih rendah ketika tes dilakukan untuk memunculkan kemampuan yang bisa diperluas dengan praktek. Banyak guru mengatakan kepada aku bahwa mereka telah sukses dengan baik dengan mempresentasikan tes pada siswa mereka dalamkamu tingkat masalah ini.Seagai tanda dari tingkat kebenaran mereka dalam kemampuannya lumayan dari pada mengukur kemampuan asli mereka. Percobaan ini adalah inti atas persepsi mereka.
Kegunaan pemikiran akan kemampuan sebagai alasan yang lebih jelas dihubungkan dalam penelitian yang sama (Aronson, 1997). Dalam studi ini, mahasiswa dituntun untuk percaya mereka lebih mampu atau lebih buruk pada tes mengukur kecepatan merekadalam kemampuan membaca. Sebelum menerima seba akibat tersebut, pengambil tes telah dituntun untuk percaya bahwa kecepatan membaca memberikan kemampuan yang tinggi atau bahwa itu adalah sebuah kemampuan yang dianggap tidak bisa meningkat tanpa praktek. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana timbal balik dan strategi kemampuan akan berinteraksi dalam berapa banyak siswa yang akhirnya menghargai pentingnya kecepatan membaca. Itu Hasilnya cukup jelas. Ketika membaca cepat dilakukansebagai suatu sifat yang tidak bisa ditingkatkan, orang yang dites yang menerima umpan balik positif memberikan peringkat tinggi(`` Kecepatan membaca adalah keterampilan yang sangat berharga''). Sebaliknya, peserta tes yangmendapat timbalbalik negatif tidak percaya bahwa kecepatan membaca dapat meningkatkan keterampilan. Pengukuran ini tidak terjadi ketika peserta tes dituntun untuk percaya bahwa mereka bisa menjadi lebih baik pada kecepatan membaca. Dalam kondisi ini, baik mereka yang menerima umpan balik positif dan mereka yang menerima umpan balik negatif mengatakan bahwa membaca cepat merupakan keterampilan penting. Jadi berpikir bahwa keterampilan lemah bisa mengurangi dalam mengetahui kegagalan yang dihadapi .
Menghubungakan Suatu Kecerdasan
Dua campur tangan(Aronson, Fried, & Good; Aronson &Baik, 2001) yang dibangun dalam dua hal . Salah satu program yang melibatkan Afrika Amerika dan Eropa-Amerika banyak mahasiswa bekerja taktik perubahan sikap untuk memampukan mereka dan membuat mereka sangat mudah diyakinan bahwa kecerdasan bisa ditingkatkan. Sikap terhadap prestasi akademik dan kemampuan alami dinilai 4 bulan kemudian pada akhir tahun ajaran. Hasilnya sangat menggembirakan. Tidak hanya Mahasiswa Afrika-Amerika yang ikut serta dalam menikmati dan merasakan laporan intervensi yang leih dikenaldengan akademisi,. Rata-rata siswa Afrika-Amerika meningkatkan nilai mereka(keseluruhanIP) oleh empat per sepuluh kelas. Dalam program kedua sebuah perguruan tinggi siswa dibimbing Orang Amerika Latin atin dan Eropa-Amerika siswa SMP. Penasehat itu menyampaikan kepada siswa sikap berbeda yang kita hipotesisakan membantu siswa mengisi masa transisi dari sekolah dasar (SD) ke SMP. Dalam satu kelompok siswa, guru berfokus pada gagasan bahwa kecerdasan tersebut bisa dibuka, dalam kelompok mahasiswa lain,penasehat membahas bahaya penggunaan narkoba. Pada akhir tahun, siswa dibimbing dalam hal kemampuan yang lemah dan menerima skor yang lebih tinggi di seluruh negara bagian yang sesuai dengan tingkat ukuran ujiankemampuan membaca dari siswa yang menerima pesan anti narkoa. Hasil serupa diperoleh dalam kinerja matematika anak perempuan pada tes di seluruh negara bagian. Ketika pesan tentang kemampuan yang lemah tidak dimasukkan ke dalam pembimbingan perempuan ,erkemampuan lemahterhadap laki-laki. Ketika mereka diajarkan tentang memperluas-kemampuan intelijen, kinerja mereka meningkat secara terus menerus.
Mengurangi Ancaman Stereotip Melalui Korespondensi
Penelitian oleh Inzlicht dan Ben-Zeev (2000) menunjukkan bahwa hanya pencampuran siswayang bersama-sama bisa merusak beberapa kinerja siswa dan kenyamanan mereka dalam kegiatan kelas. Tetapi jika disusun dengan benar, keanekaragaman bisa digunakan untuk mengurangi ancaman stereotipe. Steele, Spencer, Hummel, Carter, Harber, Schoem, danNisbett (1997) merancang program yang luas bagi kelas tahun pertama diUniversitas Michigan. Program ini berusaha untuk mengurangi ancaman stereotip melalui tiga hal yaitu: (1) Siswa `` secara hormat '' direkrut dengan jelas bahwa mereka telah memenuhi ukuran tes masuk di Universitas Michigan. (2) Siswa berpartisipasi dalam seminar mingguan di semester awalyang memungkinkan siswa untuk mengenal satu sama lain dan elajar beberapa masalah yang umum mereka temui. (3) Siswa berpartisipasi dalam workshop dalam salah satu kursus mereka yangmengajak para siswa untuk mengenali bahan canggih di kelas. Unsur-unsur yang dicari untuk menyampaikan pesan bahwa instruktur dan pemikiranrekan-rekan mereka bisa unggul secara akademis, bukan stereotip mereka, dan percaya bahwa mereka berada dalam Uiversitas. Beberapa tahun dari program ini menunjukkan bahwa praktek tersebut bisa menyebabkan peningkatan substansial dalam kemampuanAfrika-Amerika 'di sekolah. Rata rata Afrika-Amerika secara acak dimasukkan dalam program empat per sepuluh kelas lebih baik daripada Afrika-Amerika secara acak dalam suatu kelompok. Selain itu, peningkatan kinerja, meskipun berkurang, masih terlihat jelas sepanjang tahun perguruan tinggi memberikan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Mengapa hal ini termasukprogram yang efektif? Analisis data yang dikumpulkan dari peserta program dan kelompok pengontrol dapat menunjukkan bahwa program ini dapat menurunkan ancaman stereotipe, yang pada akhirnya mempromosikan perkenalan dengan sekolah, yang mengarah ke nilai yang lebih baik.
Kerja sama
Stereotip dan ketegangan dalam suatu kelompok dalam pengaturan yang saling berhubungan. Disana telah banyak intervensi yang telah menghasilkan keuntungan yang mengesankan dalam pencapaian akademik beberapa pemuda dalam penataan ruang kelas atau studi lingkungan dengan cara yang meminimalkan kemampuan dalammerusak proses stereotip mirip dengan yang telah aku bahas di sini. E. Aronson `` kelas jigsaw'' (Aronson & Patnoe, 1997; E. Aronson, Bab 10 dalam buku ini) dan bekerja Uri Treisman (Treisman, 1992) dengan siswa AfrikaAmerika jurusan matematika diambil contoh luar biasa dalam hal ini. Studi pada Kelas Jigsaw menerangkan bahwa teknik ini biasanya meningkatkan nilai beberapa siswa (denganantar kelas ), meningkatkan harga diri mereka, meningkatkan persahabatan antara kelompok etnis anggota, dan mengarah pada kenyamananyang lebih besar di antara siswa dari semua latar belakang. Dalam, kelompok belajar Treisman yang bekerja di sebuah workshop yang yang mengangkat tentang tantangan prestasi Afrika Amerika dalamtingkat mengejutkan;mereka diberi nilai setinggi seperti siswa Asia didalam kelas Triesman. Yang penting, bagian dari keberhasilan kerja Treisman tergantung pada menyajikan tugas yang sulit, yang menekankan perlawanankembali. Menasehati anak-anak atau siswa dewasa untuk bekerja sama pada tingkat kesulitan sangat menantang tidak hanya mengurangi prasangka (dan dengan ancaman stereotip),itu juga memastikan bahwa semua siswa mempunya perasaanmemiliki. Studi-studi ini batu ujian, mereka membuktikan bahwa perbedaan kelompok itu mudah terjadi , yang mana mereka bisa menghilang di bawah kondisi-kondisi sosial yang tepat. Jika aku bisa membuat hanya satu perubahan dalam ruang kelas, aku akan mengambil teknik pembelajaran kooperatif karena mereka cukup bisa mengatasi begitu banyak penyebab dan konsekuensi dari ncaman stereoti.
KESIMPULAN
Dekade penelitian psikologis menunjukkan bahwa stereotip lebih dari pada hanya sekedar lemah `` gambar di kepala.'' Sebaliknya, mereka berharap yang bisa melemahkan kinerja, baik melalui dorongan pengobatan yang berbeda dari stereotip atau dengan ancaman stereotip ke dalam stereotip. Kemungkinan besar,kedua proses terjadi pada saat yang sama dalam kekuatan spiral diri dari rendahnya harapan, menghambat kinerja, dan menghancurkan perasaanmemiliki. Penelitian kami menunjukkan bahwa bagaimana orang bersaing dan mengatasinya dengan harapan bisa memiliki dampak dramatispada prestasi akademik mereka. Kabar baik yang aku harapkantelah muncul di dalam bab ini yang mana karena ancaman stereotip sebagian disebabkan oleh situasi, seperti situasi yang terjadi pada anak-anak seperti Ricky dan Darryl ke dalam kemampuan rendah pada siswa, ada banyak pendidik yang mana beliau bisa mengurangi ancaman stereotip di kelas dan pengaturan akademik lainnya.
Pertanyaan dan Jawaban Guru
T: Penelitianmu membuat aku berpikir apakah siswa di sekolah atau di kelas di mana mereka tidak lebih baik daripada ketika mereka kalah jumlah oleh anggota kelompok mayoritas. Apakah ada penelitian tentang ini?
J: Ada beberapa penelitian yang munculpada masalah ini. Ingat penelitian oleh Inzlicht dan Ben-Zeev (2000), menunjukkan bahwa hanya dibutuhkan satu laki-laki untuk merusak kinerja wanita yang menggunakan tes matematika. Hal ini sepertinya menunjukkan bahwa setiap tingkat persatuanmengganggu. Tapi itu tidak sesederhana itu.Bryant Marks (Marks & Jackson, 2001) melakukan studi yang menarikperbandingan kinerja tes Afrika Amerika terutama pada siswa berkulit hitam versus berkulit putih dalam suatu perguruan tinggi, pada dasarnya inireplikasi dari Penelitian Steele Aronson yang aku jelaskan sebelumnya, tetapi pemeriksaan pada aturan lingkungan sekolah. Kesimpulan lain dimana Marks menamahkan bahwa untuk melihat perbedaan antara mahasiswa baru dan senior. Pada mahasiswa baru, ia menemukan hasil pola yang sama : kurangnya kemempuan siswa pada tes ancaman stereotip. Tapi para senior tidak terpengaruh oleh ancaman stereotip. Marks menafsirkan hasil ini sebagai usulan bahwa para senior belajar untuk mengatasi pengaruh ancaman stereotip untuk mengembangkan kemampuan mereka sebagus seperti beberapa sikap yang berguna yang menumbangkan kelemahan mereka. Dengan demikian, dalam kondisi tertentu pada akhirnya, integrasi bisa merugikan, tetapi orang bisa belajar mengurangi kelemahan kemampuannya. Apa yang masih harus dilihat,bagaimana siswa ingin seperti seniornya Marks perjalanan pada tingkat sekolah yang lebih tinggi, seperti lulusan atau sekolah medis, di mana mereka mengenali dirinya secara jelas, dalam tantangan yang bahaya dan keadaan lingkungan.
T: Tidak semua stereotip itu ersifat negatif. Misalnya, orang Asia secara luas cerdas dan pekerja keras daripada siswa lain. Apakah positif stereotip ini memiliki pengaruh sebanding dengan stereotip negatif yang telah kamu bahas?
J: Memang demikian dan itu cerita yang sangat menarik. Ketika stereotip diaktifkan secara halus, terukti bahwa orang cenderung berperilaku atau bertindaksejalan dengan stereotip. Tetapi ketika stereotip ini begitu menonjol yang mana hal itu terbawa kedalam kekesadaran, orang bisa terjebak dalam mencoba untuk membuktikan atau menyangkal stereotip. Dengan demikian, dalam studi yang luar biasa yang dilakukan oleh Margaret Shih dan kelompoknya (Shih, Pittinsky, & Ambady, 1999), perempuan Asia yang secara halus memerikannya (dengan angket ) baik identitas Asia atau identitas perempuan sebelum mengambil tes matematika . Hasilnya jelas: perempuan Asia mengingatkan kelompoknya dalam bertindak lebih baik daripada kelompok lain, sedangkan suatu kelompok yang mengingatkan identitas perempuan mereka melakukan lebih buruk daripada kelompok lain .Sapna Cheryan dan Galen Bodenhausen (2000) menemukan bahwa ketika wanita Asia sadar bahwa identitas orang Asia berhubungan dengan tes matematika yang mereka pakai, mereka kaget. Dengan demikian, model status minoritas bisa menjadi beban atau anugerah, tergantung pada apakah seseorang secara sadar berpikir tentang hal itu. Implikasi dari stereotip negatif untuk orang kulit hitam dan Orang Amerika Latin juga jelas: apakah stereotip begitu menonjol yang manaorang berpikir tentang itu, sampai taraf tertentu, tidak ada hubungannya;dengan atau tanpa kesadaran, stereotip itu merusak kinerja.
T: Kamu telah menggambarkan sejumlah penelitian laboratorium yang sangat menekan. Tapi aku ingin tahu bagaimana memberlakukan studi ini dalam kehidupan sehari hari. Apakah ancaman stereotip memiliki pengaruh besar pada tes nyata yang dijalani siswa?
J: Ini adalah pertanyaan penting. Studi kami dirancang untuk menguji teori, dan karena itu, kami memberikan pengawasan yang ketat . orang orang menyebutnya steril suatu lingkungan di mana mengujinya. Jadi pertanyaanmu benar apakah ancaman stereoti memiliki pengaruh pada kemampuan dalam kehidupan sehari hari, di mana begitu banyak lagi hal lain yang tidak bisa mengendalikannya. Sejumlah peneliti, termasuk kita, memiliki pengawasan dalam pemelajaran di sekolah dengan anak-anak, di luar batas kemampuan dari laboratorium universitas psikologi kami. Hasil umumnya sejajar dengan penelitian laboratorium. Tapi ada penelitian yang lebih menarik yang menghulaboratoriumungkan pada pertanyaanmu. Belum lama ini para peneliti di Lembaga balai uji,yang mengembangkan banyak ujian masuk perguruan tinggi seperti UAS, beberapa kegiatan yang dilakukan dalam serangkaian penelitian untuk melihat apakah ancaman stereotip menekan kemampuan perempuan dan berpengaruh pada tes nyata, dengan kehidupan sehari hari.Konsekuensi penelitian ini penting dalam hal yang mana dari laporan menerangkan bahwa peneliti ingin suatu penghargaan untuk menunjukkan bahwa ancaman stereotip tidak memiliki pengaruh pada tes kemapuan yang nyata di luar laboratorium. Bagaimanapun, penelitian kami memiliki kemungkinan bahwa tes mereka tidak adil untuk perempuan dan yang lain, sebuah pengakuan bahwa mereka telah berselisih selama beberapa dekade.
Dalam suatu penelitian penting (Stricker, 1998), administrator uji memiliki siswa yang menunjukkan etnis dan gender baik sebelum atau setelah tes yang sulit, Lembaga Pengontrol (LP) ujian hitung. Ini adalah tes penting, yang menentukan apakah siswa bisa kuliah untukmeneruskan sekolah mereka ; juga bisa mengikuti peraturan yang panjang dalam penerimaan perguruan tinggi. Meskipun ancaman stereotip seharusnya tinggi untuk perempuan dan beberapa siswa yang mengikuti sesi tes lain, seharusnya lebih tinggi bagi mereka yang menunjukkan gender dan etnis sebelum ujian (dengan kebetulan, cara tes sebenarnya dikelola oleh Karyawan Universitas). Dan hal yang mengecewakan peneliti, adalah apa yang ditemukan. Di dalam dan di luar kemampuan ancaman stereotipe sudah menyedihkan, ada pengaruh yang jelas pada perempuan dan beberapa s siswa yang bertanya tentang etnis dan gender sebelum nilai tes mereka dinilai lebih rendah. Penulis penelitian ini tentunya tidak senang dengan hasil ini, dan karena itu berpendapat bahwa itu suatu perbedaan kemampuan, walaupun secara statistik dianggap penting, meskipun kecilnya jumlah pertanyan yang terjawab sebagai hasil menunjukkan gender atau etnis hampir tidak bisa memberikan manfaat dalam kehidupan seharihari. Aku tidak setuju,apabila sebagian besar dilakukan oleh ilmuwan yang telah membaca laporan ini. Sebuah komentar oleh psikolog sosial Kristian Crandall, yang dengan telitinya menganalisa laporan tersebut, memperjelas padamengapa. Crkamull mencatat bahwa jika Dewan Staff membuat yang perubahan yang sederhanadalam mencariinformasi etnis dan gender setelahujian, disetahun tertentu sekitar 2837 wanita muda diambil (dari sekitar17.000) akan mulai kuliah dengan ujian hitung dan mendapatkan kesempatan yang lebih baik untuk masuk ke perguruan tinggi pilihan mereka. Aku berpikir bahwa kebanyakan dari kita akan setuju bahwa ini bukan hal sepele, terutama jika Kamu kebetulan menjadi salah satu dari ribuan mahasiswa yang mengikuti tes ini setiap tahun. Singkatnya, semua data yang tersedia menunjukkan bahwa ancaman stereotip adalah fenomena nyata dengan konsekuensi nyata untuk siswa.
Daftar pustaka
Allport, G. (1954). The nature of prejudice. New York: Doubleday.
Ambady, N., Shih, M., Kim, A., & Pittinsky, T. (2001). Stereotype susceptibility in children: Effects
of identity activation on quantitative performance. Psychological Science, 12, 385. 390.
Aronson, E., & Patnoe, S. (1997). The jigsaw classroom. New York: Longman.
Aronson, J. (1997). The effects of conceptions of ability on task valuation. Unpublished manuscript, New
York University.
Aronson, J. (1999). The effects of conceiving ability as fixed or improvable on responses to stereotype threat. Unpublished manuscript, New York University.
Aronson,J., Blanton, H., & Cooper, J. (1995). From dissonance to disidentication:Selectivity in the self-affirmation process. Journal of Personality and Social Psychology, 58, 1062.1072.
Aronson, J., Fried, C., & Good, C. (in press). Reducing the effects of stereotype threat on African-American college students by shaping theories of intelligence. Journal of Experimental Social Psychology.
Aronson, J., & Good, C. (2001a). Personal versus situational stakes and stereotype threat: A test of the
vanguard hypothesis. Manuscript in preparation, New York University.
Aronson, J., & Good, C. (2001b). Theories of intelligence, stereotype threat, and the transition to middle school. Unpublished data, New York University.
Aronson, J., Lustina, M. J., Good, C., Keough, K., Steele, C. M., & Brown, J. (1999). When white men can't do math: Necessary and suf®cient factors in stereotype threat.Journal of Experimental Social Psychology, 35,29- 46.
Aronson J., Quinn, D., & Spencer, S. J. (1998). Stereotype threat and the academic performance of minorities and women. In J. Swim & C. Stangor (Eds.), Prejudice: The target's perspective. San Diego: Academic Press.
Aronson, J., & Salinas, M. F. (1997). Stereotype threat, attributional ambiguity, and Orang amerika latin underperformance. Unpublished manuscript, New York University.
Brown, R. P., Pinel, E. C., Rentfrow, P., & Lee, M. (2001). Stigma on my mind: Individual differences in the experience of stereotype threat. Unpublished manuscript, University of Oklahoma.
Cheryan, S., & Bodenhausen, G. V. (2000). When positive stereotypes threaten intellectual performance: The psychological hazards of ``model minority'' status. Psychological Science,11, 399-402.
Cohen, G., & Steele, C. M. (2002).A barrier of mistrust: How negative stereotypes affect cross-race mentoring. In J. Aronson (Ed.), Improving academic achievement: Impact of psychological factors on education. San Diego: Academic Press.
Cohen, G. L., Steele, C. M., & Ross, L. D. (1999). The mentor's dilemma: Providing critical feedback across the racial divide. Personality and Social Psychology Bulletin, 25, 1302-1318.
Crocker, J., & Major, B. (1989). Social stigma and self-esteem: The self-protective properties of stigma. Psychological Review, 96, 608-630.
Croizet, J., & Claire, T. (1998). Extending the concept of stereotype threat to social class: The
intellectual underperformance of students from low socioeconomic backgrounds. Personality and Social Psychology Bulletin, 24, 588-594.
Devine, P. (1989). Stereotypes and prejudice: Their automatic and controlled components. Journal of Personality and Social Psychology, 56,5± 18.
Dweck, C. S. (1999). Self-theories: Their role in motivation, personality, and development. Philadelphia: Taylor & Francis.
Dweck, C. S. (2002). Messages that motivate: How praise molds students' beliefs, motivation, and performance (in surprising ways). In J. Aronson (Ed.), Improving academic achievement: Impact of psychological factors on education. San Diego: Academic Press.
Ferguson, R. F. (1998). Teacher's perceptions and expectations and the black-white test score gap. In C. Jencks & M. Phillips (Eds.), The black-white test score gap. Washington, DC: Brookings Institution Press.
Gilbert, D. T., Pinel, E. C., Wilson, T. D., Blumberg, S. J., & Wheatley, T. (1998). Immune neglect:A source of durability bias in affective forecasting. Journal of Personality and Social Psychology, 75, 617-638.
Good, C., & Aronson, J. (in press). The development and consequences of stereotype vulnerability in adolescents. In F., Pajares & T. Urdan (Eds.), Adolescence and education, Vol.2:Academic motivation of adolescents. Greenwich, CT: Information Age.
Good, C., & Aronson, J. (2001). Stereotype threat in the absence of a kernel of truth: Unfounded stereotypes can depress women's calculus performance. Unpublished manuscript, Columbia University.
Herrnstein, R. J., & Murray, C. (1994). The bell curve. Intelligence and class structure in American life. New York: Free Press.
Inzlicht, M., & Ben-Zeev, T. (2000). A threatening intellectual environment: Why females are susceptible to experiencing problem-solving de®cits in the presence of males. Psychological Science, 11, 365-371.
Jordan, V. (2001). Vernon can read! New York: Public Affairs.
0 comments:
Post a Comment