MAKALAH
KETERAMPILAN SOSIAL KERJASAMA
Dosen Pembimbing :
Eva Kartika Wulan Sari S.Pd., Kons
ZAHROTUL MUFIDAH (100401010096)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
KATA PENGANTAR
Pertama kali kami ucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat serta hidayah Nyalah kami mendapatkan kemampuan untuk menyelaesaikan makalah ini dengan baik.
Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada dosen yang telah membantu kami dalam menyelesaikn makalah ini baik secara moril maupun secara materil sehingga makalah ini bisa terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami sebagai penyusun meminta maaf sekaligus sangat mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sebagai salah satu upaya dalam perbaikan dan penyempurnaan dari makalh ini, demikian pengantar dari kami sebagi penyusun. Jika ada kesalahan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Malang, 16 Oktober 2011
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Keterampilan sosial merupakan ilmu yang mempelajari karakteristik dan keterampilan diri dalam kehidupannya setiap fase-fase perkembangan. Hubungan pertemanan yang seimbang dapat diperoleh jika anak memiliki rasa percaya diri dan bisa menghadapi berbagai masalah serta mencari solusinya. Keterampilan sosial juga membuatnya mudah diterima oleh anak lain karena mampu berperilaku sesuai harapan lingkungannya secara tepat.
Begitu pula, anak-anak yang diberi banyak kesempatan untuk bermain dan bergaul cenderung akan memiliki keterampilan sosial yang tinggi ketimbang anak yang sehari-harinya di rumah saja. Uniknya, semakin sering anak bergaul dan mempunyai pengalaman langsung dengan banyak situasi sosial, maka di usia sekolah IQ-nya akan bertambah 10-15 poin. Artinya, keterampilan sosial juga membantu perkembangan kognitif anak.untuk makalah ini. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mandiri yang diberikan oleh dosen mata kuliah Bimbingan konseling sosial serta bertujuan untuk memenuhi atau menjawab rasa penasaran yang begitu kuat untuk mengetahui lebih dalam tentang keterampilan sosial kerjasama
2.Batasan Masalah
Ketrempiln sosial kerjasamaa dalah ilmu yang luas yang saling berkesinambungan antara setiap fase-fase perkembangan agar masalah penelitian lebih terfokus kepada tujuan penelitian dan tidak terlalu luas, maka dengan ini penulis membatasi masalah penelitian hanya pada ruang lingkup keterampila sosial kerjasama saja.
3.Identifikasi Masalah
Dalam hal ini penulis mengidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut:
1. Pengertian keterampilan sosial kerjasama
2. Pengembangan keterampilan sosial kerjasama
3. Program kerja Bimbingan Konseling
1. Pengertian keterampilan sosial kerjasama
2. Pengembangan keterampilan sosial kerjasama
3. Program kerja Bimbingan Konseling
4.Metode Penelitian
Pada makalah ini penulis menggunakan metode kualitattif untuk menggambarkan masalah penelitian. Adapun azas teknik pengumpulan data yang
dilakukan penulis adalah penelitian kepustakaan atau library research yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dan keterangan melalui buku-buku dan bahan lainnya yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti
dilakukan penulis adalah penelitian kepustakaan atau library research yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dan keterangan melalui buku-buku dan bahan lainnya yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti
.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian menurut para ahli
Banyak pengertian keterampilan sosial (Social Skill) yang dikemukakan para ahli.
a) Merrel (2008) memberikan pengertian keterampilan sosial (Social Skill) sebagai perilaku spesifik, inisiatif, mengarahkan pada hasil sosial yang diharapkan sebagai bentuk perilaku seseorang.
b) Combs & Slaby (Gimpel dan Merrell, 1998) memberikan pengertian keterampilan sosial (Social Skill) adalah kemampuan berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dengan cara-cara yang khusus yang dapat diterima secara social maupun nilai-nilai dan disaat yang sama berguna bagi dirinya dan orang lain.
c) Hargie et.al (1998) memberikan pengertian keterampilan sosial (Social Skill) sebagai kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, di mana keterampilan ini merupakan perilaku yang dipelajari. Keterampilan sosial (Social Skill) akan mampu mengungkapkan perasaan baik positif maupun negatif dalam hubungan interpersonal, tanpa harus melukai orang lain.
d) Libet dan Lewinsohn (Cartledge dan Milburn, 1995) memberikan pengertian keterampilan sosial (Social Skill) sebagai kemampuan yang kompleks untuk menunjukkan perilaku yang baik dinilai secara positif atau negative oleh lingkungan, dan jika perilaku itu tidak baik akan diberikan punishment oleh lingkungan.
e) Kelly (Gimpel dan Merrel, 1998) memberikan keterampilan sosial (Social Skill) sebagai perilaku-perilaku yang dipelajari, yang digunakan oleh individu pada situasi-situasi interpersonal dalam lingkungan.
f) Matson (Gimpel dan Merrel, 1998) mengatakan bahwa keterampilan sosial (Social Skill), baik secara langsung maupun tidak membantu seseorang a untuk dapat menyesuaikan diri dengan standar harapan masyarakat dalam norma-norma yang berlaku di sekelilingnya Keterampilan-keterampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dan lain sebagainya
B. Mengembangkan kreatifitas sosial kerjasama
Ketrampilan sosial dan kemampuan kerjasama menjadi semakin penting dan krusial manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan. Kegagalan remaja dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.
Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka amatlah penting bagi remaja untuk dapat mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan diri. Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal tersebut.
Pada masa remaja peran kelompok dan teman-teman amatlah besar. Seringkali remaja bahkan lebih mementingkan urusan kelompok dibandingkan urusan dengan keluarganya. Hal tersebut merupakan suatu yang normal sejauh kegiatan yang dilakukan remaja dan kelompoknya bertujuan positif dan tidak merugikan orang lain. Dalam hal ini orangtua perlu memberikan dukungan sekaligus pengawasan agar remaja dapat memiliki pergaulan yang luas dan bermanfaat bagi perkembangan psikososialnya.
Untuk membantu tumbuhnya kemampuan penyesuaian diri, maka sejak awal anak diajarkan untuk lebih memahami dirinya sendiri (kelebihan dan kekurangannya) agar ia mampu mengendalikan dirinya sehingga dapat bereaksi secara wajar dan normatif. Agar anak dan remaja mudah menyesuaikanan diri dengan kelompok, maka tugas orang tua/pendidik adalah membekali diri anak dengan membiasakannya untuk menerima dirinya, menerima orang lain, tahu dan mau mengakui kesalahannya, dsb. Dengan cara ini, remaja tidak akan terkejut menerima kritik atau umpan balik dari orang lain/kelompok, mudah membaur dalam kelompok dan memiliki solidaritas yang tinggi sehingga mudah diterima oleh orang lain/kelompok.
Selain itu anak harus diajarkan sejak dini untuk dapat memilih prioritas tugas-tugas yang harus segera diatasi, bukan menunda atau mengalihkan perhatian pada tugas yang lain. Karena itu sejak awal sebaiknya orang tua atau pendidik telah memberikan bekal agar anak dapat memilih mana yang penting dan mana yang kurang penting melalui pendidikan disiplin, tata tertib dan etika.
Kami yakin masih banyak cara-cara lain yang bisa dipergunakan untuk meningkatkan ketrampilan sosial dan kemampuan bekerjasamaremaja. Anda pun bebas memilih cara-cara yang tepat sesuai dengan kebutuhan remaja anda. Satu hal yang harus selalu kita ingat adalah bahwa dengan membantu remaja dalam mengembangkan ketrampilan sosial berarti kita telah membantu mereka dalam menemukan dirinya sendiri sehingga mampu berperilaku sesuai norma yang berlaku
C.Program kerja BK di keterampilan keja sosial
1. Pemberian Layanan Konsultasi/Kolaborasi
Pemberian layanan menyangkut kegiatan guru pembimbing (konselor) yang meliputi
a. konsultasi dengan guru-guru, menyelenggarakan program kerjasama dengan orang tua atau masyarakat,
b. berpartisipasi dalam merencanakan kegiatan-kegiatan sekolah,
c. bekerjasama dengan personel sekolah lainnya dalam rangka mencintai sekolahan dan lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan siswa,
d. melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan dan konseling.
2. Kerja sama Guru Mata Pelajaran, Wali Kelas dan Guru Pembimbing
Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan adanya kerja sama antara guru dan guru pembimbing demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan tugas pokok guru dalam proses pembelajaran tuidak dapat dipisahkan dari kegiatan bimbingan,sebaliknya, layanan bimbingan di sekolah memerlukan dukungan atau bantuan guru. Dukungan atau bantuan tersebut trutama dari guru mata pelajaran dan wali kelas. Ada beberapa pertimbangan mengapa guru juga harus melaksanakan kegiatan bimbingan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, Rahman Natawidjaya dan Moh. Surya (1985) mengutip pendapat Millen yang mengatakan :
a. Proses belajar menjadi sangat efektif, jika bahan yang dipelajari dikaitkan langsung dengan tujuan pribadi siswa. Guru dituntut memahami harapan-harapan dan kesulitan-kesulitan siswa, selanjutnya siswa dapat belajar dengan baik
b. Guru yang memahami siswa dan masalah-masalah yang dihadapinya, lebih peka terhadap hal-hal yang dapat memperlancar dan menggangu kelancaran kegiatan kelas. Guru berkesempatan luas untuk mengadakan pengamatan terhadap siswa yang diperkirakan memiliki masalah. Dengan demikian, masalah itu dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga siswa dapat belajar dengan baik tanpa dibebani suatu masalah
c. Guru dapat memperhatikan perkembangan masalah atau kesulitan secara lebih nyata. Guru memiliki kesempatan terjadwal untuk bertatap muka dengan para siswa, maka ia akan memperoleh informasi yang lebih banyak tentang keadaan siswa maupun kelebihan dan kekurangannya.
Layanan bimbingan di sekolah akan lebih efektif jika guru dapat bekerja sama dengan pembimbing sekolah dalam proses pembelajaran. Adanya keterbatasan-keterbatsan dari kedua pihak (guru pembimbing) menuntut adanya kerja sama itu.
Di dalam menangani kasus-kasus tertentu, guru pembimbing perlu menghadirkan guru atau pihak-pihak terkait guna membicarakan pemecahan masalah yang dihadapi siswa. Kegiatan semacam ini disebut konferensi kasus (case conference). Kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di sekolah, dikoordinasikan oleh guru pembimbing. Pelaksanaan kegiatan bimbingan oleh para guru tidak lepas begitu saja,tetapi dipantau oleh guru pembimbing.
Kerja sama guru pembimbing dengan wali kelas sebagai pengelola kelas tentu angat erat dan besar sekali. Terutama membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti/menjalani layanan dan atau kegiatan bimbingan dan konseling. Dengan kata lain, wali kelas membantu guru pembimbing melaksanakan tugas-tugasnya dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
3. Kerja sama antara pihak sekolah dan orang tua siswa
Dalam upaya meningkatkan mutu program layanan bimbingan dan konseling, pihak sekolah perlu melakukan kerjasama dengan para orang tua siswa. Kerjasama ini penting agar proses bimbingan terhadap siswa tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga oleh orang tua di rumah. Melalui kerjasama ini memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran antar pihak sekolah dan orang tua siswa dalam upaya mengembangkan potensi siswa atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi siswa.
Untuk melakukan kerjasama dengan orang tua ini, dapat dilakukan beberapa upaya, seperti :
1. Kepala sekolah atau komite sekolah mengundang para orang tua untuk datang ke sekolah (minimal sekali dalam satu semester), yang pelaksanaannnya dapat bersamaan dengan pembagian rapor.
2. Sekolah memberikan informasi kepada orang tua (boleh melalui surat) tentang kemajuan belajar dan atau masalah siswa.
3. Orang tua diminta untuk melaporkan keadaan anaknya di rumah kepada pihak sekolah,
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.Kesimpulan
Keterampilan sosial kerjasama erat halnya dengan Layanan bimbingan dan konseling merupakan layanan profesional yang seyogyanya dilakukan oleh guru pembimbing (konselor) berlatar pendidikan bimbingan dan konseling. Pelaksanaan layanan secara optimal dalam mengembangkan keterampilan sosial kerjasama memerlukan dukungan sistem layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan oleh guru bidangs tudi, wali kelas, pimpinan sekolah dan pendidik lainnya sesuai dengan kapasitas dan perannya.
Guru pembimbing (konselor) sebagai seorang profesional dituntut me-nunjukkan kinerja sesuai dengan Standar Kompetensi Konselor Indonesia, merupakan anggota dari ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia) dan terikat dengan kode etik konselor.
DAFTAR PUSTAKA
Darajat Zakiah, 1995, Remaja Harapan dan Tantangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
B. Hur lock Elizabeth, 1999, Psikologis Perkembangan, Jakarta: Erlangga
Syamsu Yusuf, 2004, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
B. Hur lock Elizabeth, 1999, Psikologis Perkembangan, Jakarta: Erlangga
Syamsu Yusuf, 2004, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.